Monday, March 4, 2013

Eksistensi Desa




Ketika sebuah kawasan disulap menjadi real estate atau industrial estate,kita cenderung lupa bahwa sebelumnya ada desa disana. Kita hanya melihat perumahan,pabrik-pabrik,gedung pencakar langit,apartemen,jalan-jalan dan taman-taman. Hal itu juga kita perhatikan di Karawang,baik di kawasan industri Karawang,Jababeka,dan kompleks lainnya.
Beruntung kita kalau di sudut-sudut jalan kita menemukan poster atau spanduk pemilihan lurah atau kepala desa. Artinya, kita tahu bahwa kepala masih penting, bahkan bertambah penting belakangan ini. Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi mengingatkan lebih dari 63 persen warga negara Indonesia masih tinggal dipedesaan. Jadi baru 37 persen warga yang tinggal diperkotaan,dan seolah-olah lupa adanya desa, kelurahan berikut semua jajarannya. Padahal, disanalah terletak tonggak kepemimpinan yang sesungguhnya.
Mengapa demikian? Sebab semua aktifitas:
Politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan ,kesehatan dan keagamaan, pada dasarnya bermula dan berakhir di desa. Kalau setiap desa pandai mengelola sarana publik, semakin sehat dan majulah negeri ini. Kalau setiap desa sehat, giat berolahraga, sehat pula negara ini. Baik dari segi individunya maupun segi tatanan pemerintahannya. Dengan demikian maka akan terlahir para pemimpin yang bersih dan sehat , baik jasmani maupun rohani yang selanjutnya negara ini akan cepat berkembang dan maju,bersih dari segala penyakit koruptor.
Mari kita kembali ke desa, banyak yang belum tahu bahwa jumlah desa sebenarnya semakin bertambah banyak dari masa ke masa. Pada tahun 2001, Republik Indonesia terdiri dari 61.562 desa.
Sedangkan pada tahun 2012 kemarin jumlahnya bertambah menjadi 72.944 desa. Setiap tahun, jumlah desa meningkat rata-rata 2,4 persen. Jadi semakin banyak pemimpin komunitas seiring dengan meningkatnya jumlah warga.
Untuk memperkuat eksistensi desa itulah kita diminta memperhatikan pembahasan  Rencana Undang-Undang (RUU) Desa. Secara tradisional, sejak belasan abad yang lalu, desa selalu menunjukan peran yang mandiri,berkualitas dan berkesinambungan. Hal itu kita lihat sampai sekarang, dalam bentuk adanya “MUDIK” atau “Pulang Kampung”.
Indonesia adalah bangsa yang cinta dan rindu akan kampung halaman atau desanya. Sejak kecil kita belajar  bernyanyi , “Desaku yang kucinta,pujaan hatiku”. Inilah yang perlu kita segarkan kembali. Meskipun Jakarta sudah menjadi elit Menteng, Kebayoran baru, Pondok Indah, Kelapa Gading, Marunda, Kebon Jeruk dan seterusnya, desa dan kelurahan hendaknya menjadi hati nurani wilayah kita.
Hal ini perlu kita pelihara di Karawang, meskipun cepat atau lambat ia menjadi kawasan international, atau zonz ekonomi khusus. Meskipun kawasan ini telah berubah menjadi hamparan pabrik dan perumahan, dengan pelabuhan kering,dengan kota kesehatan,dengan kantor imigrasi dan perpajakan sendri, desa hendaknya tetap penting.
Melalui  administrasi desa kita mendapatkan jati diri yang sebenarnya. Kita juga  memberikan jasa sambil mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya. Melalui desa kita ikut berpartisipasi menegakkan hukum, menjaga lingkungan, mengembangkan dan melestarikan  kebudayaan adat istiadat. Desa, Sesungguhnya adalah sumber kekayaan kita.
Masalahnya, mengapa desa identik dengan masalah kependudukan, kemiskinan dan kebodohan? Benarkah desa adalah lambang ketertinggalan? Hal ini yang harus dijawab dengan tegas oleh para pemimpin. Desa adalah persemaian tempat tumbuhnya benih sumber daya manusia yang handal dan berpotensi.
Secara tradisional, desa melahirkan ahli koperasi, ahli keamanan, ahli kesehatan, ahli teknologi, ahli pengairan dan tokoh masyarakat yang nyata. Di desa kita bertemu dengan jagabaya, modin,amir,ulu-ulu,kamitua, dan semua profesi konvensional yang kita hormati. Sebelum kita mabuk kepayang dengan Mall,plaza dan tower, kita juga dilahirkan dan dibesarkan oleh pasar desa, mesjid desa, gereja desa, puri desa, lumbung desa, dan lembaga-lembaga desa lainnya.
Kita akan berkembang menjadi bangsa yang besar, kaya dan bermartabat sepanjang kita mampu dan pandai menghormati desa, yang telah melahirkan bangsa dan negara Indonesia. Mulai sekarang , mari kita kenali, kita kelola dan kita promosikan desa-desa yang sangat kita cintai. Coba sebutkan apa nama desa favorite anda? Dan apakah sudah anda lakukan untuknya? Terima kasih desaku tercinta.